MAKALAH CONTOH PRILAKU YANG ADA DI MASYARAKAT TENTANG AKHLAK TASAWUF
Di susun untuk memenuhi tugas
Ulangan Akhir Semester
Dosen pengampu Prof. Dr. M. Zulfa,
M.Ag
Disusun oleh :
Nama : Muhamad Abdul Faza
Nim : 63020160149
Kelas : E
Prodi : Ekonomi Syariah
S1 EKONOMI
SYARIAH
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGRI SALATIGA
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dewasa ini salah satu penyakit ruhani yang
sering menjangkit orang muslim ialah terlalu canta dunia dan takut mati dan
sombong dengan usahanya, maka dari itu untuk membersihkan penyakit ruhani
tersebut, ialah hanya dengan berperilaku zuhud dan tawakkal. Sifat zuhud
dan tawakkal merupakan kedua sifat yang terpuji, kedua sifat tersebut merupakan
sifat yang berpengaruh baik bagi kehidupan umat muslim saat ini, yaitu
terhindar dari cinta dunia secara berlebihan dan akan membentuk peribadi yang
selalu pasrah atas kehendak Allah.
Kehidupan
sehari-hari sifat zuhud dan tawakkal perlu dimiliki oleh setiap orang muslim,
oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari sebagai umat muslim dianjurkan
untuk senantiasa memiliki sifat tersebut. Sifat zuhud dan tawakal juga menjadi
benteng bagi kita dari penyakit yang sangat berbahaya yaitu “cinta dunia
dan takut mati”. Karena jikalau sudah terjangkit akan membawa malapetaka bagi
kita. Dalam makalah ini akan kami paparkan lebih jelas lagi tentang sifat tawakal
dan zuhud.
2. RUMUSAN MASALAH
1) Apakah pengertian zuhud dan tawakkal?
2) Seperti apakah contoh perilaku zuhud dan tawakkal?
3. TUJUAN MASALAH
1)
Mengetahui pengertian zuhud dan tawakkal
2)
Mengetahui
contoh perilaku zuhud dan tawakkal
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Zuhud dan Tawakal
A.
Zuhud
Secara etimologis, zuhud berarti
ragaban ‘ ansyai’in watarakahu, artinya tidak tertarik terhadap sesuatu dan meninggalkannya. Zahada fi al-dunya,
berarti mengosongkan diri dari kesenagan dunia untuk ibadah. Berbicara tentang zuhud secara terminologis, maka tidak bisa di
lepaskan dari dua hal: yang pertama zuhud sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
tasawuf. Kedua zuhud sebagai
moral (akhlak) islam dan gerakan protes.
Secara
harfiah, zuhud artinya tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat keduniawian.
Menurut Harun Nasution, zuhud artinya meninggalkan dunia dan materi. Secara
syar’i zuhud adalah mengambil sesuatu yang halal hanya sebatas keperluannya.
Zuhud kepada dunia bukanlah mengharamkan yang halal dan membuang semua harta,
serta tidak mau menikmati hal-hal yang bersifat duniawi, tapi lebih meyakini
apa yang ada disisi Allah ketimbang apa yang ada ditangan kita.[1]
Seorang zahid tidak berarti melepaskan diri dari hal-hal
duniawi, sehingga mengosongkan tangannya dari harta, meninggalkan usaha yang
halal dan menjadi beban bagi orang lain. Dalam
hadist Rasulullah Saw bersabda, “Jika engkau melihat hamba Allah yang telah
diberi sifat diam dan zuhud, maka dekatilah ia. Sesungguhnya ia mengajarkan hikmah.”
Dan sabdanya dilain hadits ialah, “Jika engkau ingin dicintai Allah, maka
zuhudlah terhadap dunia.”[2]
Para ulama Tasawuf membagi zuhud ke dalam beberapa tingkatan,
antara lain :
a. Imam Ahmad bin Hanbal :
1) Zuhud Awam,
dengan meninggalkan barang yang haram.
2) Zuhud
Khawas, dengan meninggalkan barang yang halal.
3) Zuhud ’Arif,
dengan meninggalkan apa saja yang menghalanginya dari Allah SWT.
b. Imam Abu Nashr As Sarraj At Tusi :
1) Zuhud
Mubtadi’ (tingkat pemula), yakni orang yang tidak memiliki sesuatu dan
hatinya-pun tidak ingin memilikinya.
2) Zuhud
Mutahaqqiq (tingkat orang yang telah mengenal hakekat zuhud), yakni orang yang
bersikap tidak mau mengambil keuntungan pribadi dari harta benda duniawi karena
tahu dunia tidak mendatangkan keuntungan baginya.
3) Zuhud ‘Alim
Muyaqqin (tingkat orang yang memandang bahwa dunia tidak memiliki nilai), yakni
orang yang memandang bahwa dunia ini hanyalah sesuatu yang dapat melalaikan
dari mengingat Allah SWT.
c. Imam Al Ghazali :
1) Meninggalkan sesuatu karena menginginkan sesuatu yang lebih baik.
2) Meninggalkan keduniaan karena
menginginkan sesuatu yang bersifat keakhiratan.
3) SMeninggalkan segala sesuatu selain Allah
SWT, karena rasa cintanya hanya tertuju kepada Allah SWT.
B. Tawakal
Menurut bahasa tawakal berasal dari kata dasar wakkala yang
artinya mewakilkan atau menyerahkan. Yakni mewakilkan atau menyerahkan suatu
urusan kepada orang lain yang karena sesuatu hal dirinya tidak bisa melakukannya.
Sedangkan menurut istilah tawakal adalah berserah diri kepada Allah dalam
menghadapi suatu pekerjaan atau keadaan. Dalam penerapannya tawakal merupakan
tumpuan terakhir dalam suatu usaha dan perjuangan, artinya berserah diri kepada
Allah (tawakal) itu sesudah melakukan ikhtiar nyata semaksimal mungkin sesuai
kemampuan.
Tawakkal
ialah menyerahkan, menyandarkan diri kepada Allah setelah melakukan usaha atau
ikhtiar dalam mengharapkan pertolongan-Nya. Tawakkal dalam ajaran Islam bukan
suatu pelarian bagi orang-orang yang gagal usahanya, tetapi tawakkal itu adalah
tempat kembalinya segala usaha. Tawakkal bukan berarti menyerah atau pasrah
tanpa usaha, tetapi menyerahkan diri pada Allah itu pertanda taat kepada-Nya
setelah berusaha. Jika pasrah itu merupakan sifat malas dan putus asa jelas
dilarang oleh Allah.[3]
Tawakkal
maksudnya ialah berserah diri kepada Allah dan menerima apa saja yang telah
ditentukannya. Tetapi dengan cara berusaha (ikhtiar) sekuat tenaga dan
disertai dengan doa. Satu kesalahan yang tidak dapat dibenarkan apabila ada
yang berkata, bahwa tawakkal itu meninggalkan usaha. Hal ini disebutkan dalam
salah satu hadits, bahwasanya suatu hari Rasulullah melihat orang baduwi
melepas untanya tanpa diikat, ketika ditanya kepadanya mengapa kamu berbuat
demikian, si baduwi menjawab, “saya tawakkal kepada Allah”.
Lalu Rasulullah bersabda, “bukan itu yang disebut tawakkal,
tetapi ikatlah dahulu. Kemudian baru tawakkal”.[4]
Biasanya
kata tawakkal dihubungkan dengan istilah ikhtiar. Ikhtiar adalah berusaha.
Semua orang sudah ditentukan rezekinya, kita tinggal memperolehnya. Tentu saja
rezeki itu tidak bisa diperoleh hanya dengan berpangku tangan, tetapi harus
dengan ikhtiar atau usaha.[5]
2. Contoh perilaku Zuhud dan Tawakal
A. Contoh perilaku Zuhud
a)
Selalu Mensyukuri
nikmat yang diberikan Allah SWT, Meskipun sedikit.
b)
Senantiasa
merasa cukup dengan harta yang dimilikinya, walaupun hanya sekedar untuk
memenuhi kebutuhan primer saja.
c)
Menggunakan harta yang dimilkinya
sebagai penunjang kesempurnaan beribadah kepada Allah SWT.
d) Lebih mengutamakan cintanya kepada Allah SWT. dibandingkan cintanya kepada
dunia.
B. Contoh prilaku Tawakal
a)
Selalu
Mensyukuri nikmat Allah SWT.
b)
Tidak
pernah berkeluh kesah dan gelisah.
c)
Selau
Berusaha dan beriktiar sesua dengan kemapuan yang dimiliki.
d) Menerima ketentuan Allah SWT dengan rida.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Zuhud dan
Tawakkal merupakan dua dari beberapa contoh perilaku terpuji yang disampaikan
dalam makalah. Zuhud artinya tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat
keduniawian, sehingga orang itu berusaha untuk memperoleh sesuatu yang bersifat
ukhrawi. Sedangkan tawakkal dalam ajaran Islam bukan suatu pelarian bagi
orang-orang yang gagal usahanya, tetapi tawakkal itu adalah tempat kembalinya
segala usaha. Tawakkal bukan berarti menyerah atau pasrah tanpa usaha, tetapi
menyerahkan diri pada Allah itu pertanda taat kepada-Nya setelah berusaha. Jika
pasrah itu merupakan sifat malas dan putus asa, jelas dilarang oleh Allah Swt.
DAFTAR PUSTAKA
1.
HULENDING, H. (2013, September 23). Maklah Zuhud.
Diambil kembali dari file://Makalah.Zuhud/Hastuti/Tahulending.html
2.
Abdullah, M. Y. (2007). Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta.
3.
AF, M. (2009). Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII. Toha Putra.
4.
Rohman, A. (2016, mei 29). MAKALAH TAWAKAL DAN ZUHUD. Diambil
kembali dari
http://pilihanmakalah.blogspot.co.id/2016/05/makalah-tawakal-dan-zuhud.html
[2] Penerjemah: Fudhailurrahman, Aida Humaira.. Ringkasan Ihya’ ‘Ulumuddin/Imam
Ghozali. 2010, hlm. 450
Komentar
Posting Komentar