“Nyamaselam.Co”: Aplikasi Community Based Tourism (CBT) di Kampung Pegayaman Kabupaten Buleleng untuk Menciptakan Bali sebagai Muslim Friendly Tourism (MFT)
“Nyamaselam.Co”: Aplikasi Community Based Tourism (CBT) di Kampung Pegayaman Kabupaten
Buleleng untuk Menciptakan Bali sebagai Muslim
Friendly Tourism (MFT)
Khoir Umi Laksana (63020160147)
Email:
khoirumilaksana@gmail.com
Wiqaya Azmi (63020160043)
Email:
wiqayaazm10@gmail.com
Muhammad Abdul Faza (63020160149)
Email:
fazaabdul18@gmail.com
Abstract
The
purpose of this study is to develop the best concept of tourism in Pegayaman to
create Bali as a Muslim Friendly Tourism. The method is a qualitative research
using descriptive analytics. The results of this study are, the concept of the
NyamaSelam.Co application will connect the Pegayaman community with the visitors.
This application supports community-based tourism, where the community will be
involved in planning, implementation, and supervision. The concept of
community-based tourism is also able to create empowerment for the Pegayaman
community. Also, it will create Bali as a Muslim friendly Tourism.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun konsep wisata yang tepat
di kampung Pegayaman untuk menciptakan Bali ramah wisatawan Muslim. Metode yang
digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitik.
Hasil dari penelitian ini adalah, konsep aplikasi NyamaSelam.Co akan menjadi media penghubung masyarakat Pegayaman
dengan pengunjung. Aplikasi ini mendukung wisata berbasis masyarakat, dimana
masyarakat akan dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Konsep wisata berbasis masyarakat atau Community
Based Tourism (CBT) juga mampu menciptakan pemberdayaan bagi masyarakat
kampung Pegayaman. Selain itu, akan menciptakan Bali sebagai tempat wisata
ramah Muslim.
Kata kunci: Aplikasi, Bali, CBT, Halal tourism, Pemberdayaan
PENDAHULUAAN
Halal
tourism saat ini telah menjadi tren
global. Penelitian yang dilakukan
oleh Master Card & Criscent Rating tentang
“Global Muslim Travel Index 2015”
menunjukkan pada tahun 2014 ada sekitar 108 juta muslim yang telah mengadakan
perjalanan dengan menghabiskan uang sebesar US$ 145 Milyar. Disisi lain, Ruang
media Bank Indonesia mengatakan bahwa salah satu kunci penguatan ekonomi
Indonesia, khususnya dari sisi penerimaan devisa, adalah peningkatan sektor pariwisata.
Bentuk wisata yang berpotensi dikembangkan adalah wisata halal, yang turut
mendukung pengembangan ekonomi syariah. Hal tersebut bukan tanpa sebab,
pasalnya pertumbuhan jumlah umat muslim di dunia akan terus mengalami
peningkatan. OZDIL et al, menyatakan:
“Muslim population in the world is now on the second rank after
Christian population. The Pew Research Center mentioned that Muslim population
in 2010 was 23% after Christian populations for 31% of the world's population.
Muslim population is expected to continue increase. And by 2050 Muslim
population can reach 30% of the world's population. (…)” (OZDIL et al., 2013)
Untuk itulah, kebutuhan akan berbagai sector yang sesuai
dengan syariat Islam terus mengalami peningkatan, termasuk sektor pariwisata.
Salah satu wilayah di Indonesia yang menjadi tujuan para wisatawan
adalah Bali. Bali merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di deretan
kepulauan Nusa Tenggara yang mendapat julukan Pulau Dewata, Pulau Seribu Pura,
Pulau Surga dan sebagainya. (Budarsa, n.d.). Meskipun Bali dikenal sebagai
pulau seribu Pura yang mengindikasikan bahwa masyarakat Bali mayoritas adalah
Hindu, akan tetapi beberapa wilayah di Bali memiliki penduduk mayoritas muslim.
Wilayah tersebut salah satunya adalah kampung Pegayaman kabupaten Buleleng,
dimana 90% penduduknya memeluk agama Islam. Kampung Pegayaman memiliki keunikan
tersendiri, yaitu akulturasi agama Islam dengan Hindu dimana juga dipadu dengan
kebudayaan khas Bali. Maka, Kampung Pegayaman dapat dikembangan sebagai desa
wisata ramah muslim. Akan tetapi, dari sekian lokasi wisata di Bali, Kampung
Pegayaman adalah salah satu yang jarang dikunjungi.
Promosi pariwisata berperan penting untuk
pengembangan daerah wisata seiring dengan meningkatnya kebutuhan informasi bagi
calon wisatawan mengenai daya tarik daerah wisata yang akan dikunjungi (Areks,
Nadjib, & Cangara, 2015). Di era revolusi industri 4.0, mengembangkan dan
menjalankan suatu konsep menjadi lebih mudah, cepat, dan efisien. Penggunaan
internet di Indonesia juga terus mengalami peningkatan, sehingga aplikasi
menjadi alat yang paling efektif untuk mengembangkan konsep baru. Praktik e-marketing dalam hal pariwisata akan memudahkan
wisatawan mencari destinasi di seluruh pelosok jagad raya, oleh karena itu marketer
perlu terus meningkatkan kehadiran web dan sosial media untuk mempromosikan
destinasi wisata (Tobergte & Curtis, 2013).
METODE PENULISAN
Metode penulisan ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang
berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran
pengalaman sosial yang diinterprestasikan oleh setiap individu (Sukmadinata, 2005). Penelitian kualitatif
percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui
penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi social
mereka (Danim, 2002). Dengan demikian penelitian kualitatif adalah penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti
merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).
Metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif analitik. Untuk itu
sumber data yang digunakan berasal dari hasil analisis dokumen dan studi literatur.
Penulis melakukan analisis data dengan mencari informasi, menghubungkan, dan
kemudian menemukan konsep dan disajikan dalam bentuk naratif. Terdapat tiga
tahap utama dalam penelitian kualitatif yaitu: Pertama, tahap deskripsi atau tahap orientasi. Pada tahap ini, penulis mencari informasi secara
komprehensif mengenai kampung muslim yang ada di Bali, macam-macam wisata,
serta konsep mengenai CBT. Kedua, tahap reduksi, setelah
memperoleh informasi mengenai kampung-kampung muslim di Bali, penulis memilih
Kampung Pegayaman dan mereduksi yang lain agar pengkajian yang dilakukan lebih
fokus. Selain itu, penulis juga melakukan reduksi data pada jenis wisata yang
dipilih untuk fokus pada konsep wisata berbasis masyarakat. Ketiga tahap seleksi, penulis menguraikan fokus yang telah ditetapkan secara
lebih mendalam untuk menghasilkan konsep. (Sugiyono, 2007)
KAJIAN
PUSTAKA
Pariwisata ramah muslim / Muslim Friendly Tourism (MFT)
Muslim Friendly Tourism (MFT)
memiliki konsep dan prinsip halal dalam seluruh aspek sajian pariwisata serta
tidak melanggar aturan dalam Islam
(Sandro Sembiring, 2013). MFT adalah salah satu industri jasa yang
berfokus pada penyediaan layanan sektor pariwisata dan perhotelan yang sangat
fokus pada akomodasi, makanan dan minuman serta kegiatan perjalanan. Semua
layanan ini berdasarkan syariah dengan tujuan untuk memanjakan para pelancong
yang menginginkan layanan MFT. (Binti & Aziz, 2018). Oleh karenanya, untuk
mendukung konsep pariwisata ramah muslim ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu, tersedianya makanan dan minuman
yang halal, masjid untuk beribadah yang
dilengkapi dengan Al Quran, mukena, dan peralatan ibadah yang lain, akomodasi yang
disertai tempat berwudhu dan arah kiblat, pelayanan saat bulan ramadhan, dan layanan
dan fasilitas ramah muslim (seperti pegawai dengan pakaian yang sopan, tempat
rekreasi bebas minuman keras, dan lain sebagainya).
Konsep ini muncul sebagai respon atas
meningkatnya wisatawan muslim setiap tahunnya. Dan faktanya, wisatawan muslim
memiliki kebutuhan khusus untuk memberikan kenyamanan selama melakukan
perjalanan. Dan bahkan, kebutuhan tersebut terkadang bertentangan dengan
kebutuhan wisatawan non-muslim, diantaranya tidak adanya alkohol dalam
hotel/kafe.
Dilihat dari aspek mashlahah, kehadiran destinasi wisata
halal diharapkan akan banyak memberi manfaat kepada seluruh lapisan masyarakat
dalam, baik bagi para pengusaha maupun pengunjung yang pada akhirnya akan
mempunyai dampak terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Peningkatan
PAD ini akan meningkatkan kesejahteraan penduduk (Muhammad Tahir ibn ‘Asyur
dalam Djakfar, 2017).
Wisata Berbasis Masyarakat / Community Based Tourism (CBT)
Wisata berbasis masyarakat merupakan konsep pariwisata yang menekankan
peran aktif masyarakatnya. Masyarakat merupakan perencana, pengelola, dan
pengawas dalam konsep ini dan didukung oleh pemerintah selaku regulator dan
swasta selaku investor. Pentingnya peran masyarakat didasarkan pada kenyataan
bahwa masyarakat memiliki pemahaman tentang desa wisata tersebut, mulai dari
kebudayaan, kondisi geografi, hingga kondisi penduduknya.
Pada dasarnya, konsep ini merupakan konsep penanganan pariwisata yang
telah lama dipraktikkan. Community
yang dimaksud biasanya adalah sekelompok orang yang hidup di tempat yang sama
dan memiliki kesamaan dalam hal budaya, agama, mata pencaharian, dan
sebagainya. Biasanya mereka tinggal di daerah terpencil dengan keahlian khusus
seperti nelayan, pengrajin, petani, dan pekerjaan tradisional yang lain. Wisata
yang ditawarkan berupa wisata kearifan lokal, serta adat-istiadat yang telah
menjadi tradisi. Sehingga, selain menjaga budaya yang ada, wisata ini juga
melakukan pelestarian terhadap lingkungan.
Dalam CBT, masyarakat lokal memiliki peran yang penting untuk melakukan
pengelolaan wisata. Hal ini karena masyarakat tersebut yang paling mengetahui
apa yang paling dibutuhkan dalam pengembangan wisata di daerahnya. Selain itu
juga karena wisata ini mengandalkan kearifan lokal dan keunikan tradisi, maka
masyarakatlah yang paling memahami kebudayaan miliknya sendiri.
Dalam survei yang dilakukan oleh (Goodwin & Santilli, 2009), ada
beberapa konsep dalam CBT, yaitu: keuntungan
dirasakan oleh perorangan atau rumah tangga dalam masyarakat, keuntungan kolektif –
pembuatan aset yang digunakan oleh masyarakat secara keseluruhan, distribusi
keuntungan untuk semua rumah tangga di dalam masyarakat, inisiatif konservasi
dengan keuntungan untuk komunitas dan kolektif, usaha patungan dengan keuntungan
komunitas dan / atau kolektif, termasuk transfer manajemen yang diantisipasi, perusahaan
yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat perusahaan sektor swasta dengan
manfaat bagi masyarakat, jaringan peoduk yang dikembangkan untuk pemasaran
pariwisata di area lokal, usaha komunitas dalam koperasi yang lebih luas, dan pengembangan
sektor swasta dalam cadangan milik masyarakat.
Dengan konsep tersebut, CBT disamping memiliki peran dalam peningkatan
PAD, juga menjadi solusi untuk pemberdayaan masyarakat secara luas.
Pemberdayaan tersebut berupa terciptanya lapangan pekerjaan baru. Pasalnya,
dengan pengembangan wisata berbasis masyarakat ini segala sumber daya dalam
masyarakat dapat dimanfaatkan untuk menunjang wisata yang nantinya juga akan
menghasilkan keuntungan bagi masyarakat.
PEMBAHASAN
Profil kampung Pegayaman
Desa Pegayaman terletak di
Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Singaraja, Provinsi Bali. Desa ini
memiliki keunikan, yaitu merupakan sebuah kampung muslim di Bali dimana
mayoritas penduduknya beragama Hindu. Wilayah ini memiliki penduduk ± 5000 jiwa
dimana 90% beragama Islam, dan mereka hidup rukun dengan kampung sekitarnya
(Prasetya, 1986). Komunitas Islam Pegayaman merupakan penganut Islam yang taat.
Meskipun demikian, dalam beberapa praktek religi ditemukan pula penyerapan
unsur budaya Bali. Hal ini dapat dilihat dalam rangkaian kegiatan dalam
menyambut hari besar Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha dan Maulid Nabi.
Mereka mengenal istilah penepean
(membuat tape), penyajaan (membuat
jajan), penampahan (menyembelih
hewan) dan manis (sehari setelah hari
raya) (Budarsa, 2015).
Daya tarik yang ditawarkan Desa
Pegayaman diantaranya merupakan kampung muslim tertua
di Bali, tradisi upacara adat budaya Bali dan
agama hindu yang dipadu dengan Islam (seperti seni Burdah dan sokok base), terdapat
masjid dengan ciri khas arsitektur yang unik dan bersejarah serta kebersamaan
masyarakat yang saling menjaga toleransi .
Dari sisi sejarah, berdirinya
Pegayaman tidak dapat dipisahkan dari sejarah kota Singaraja 300 tahun yang
lalu, yang merupakan pusat pemerintahan kerajaan Buleleng beragama Hindu. Terjadi
peperangan antara kerajaan Buleleng melawan Kerajaan Blambangan sekitar abad
ke-16, sekelompok laskar Blambangan yang membantu Raja Buleleng, diajak ke Bali
dan ditempatkan di wilayah bukit berhutan gatep yang dijadikan Desa Benteng dan
juga laskar tersebut dijadikan pengawal puri. Dulunya, desa ini banyak memiliki
pohon Gayam (Inocarpus edulis), sehingga desa ini disebut Desa Pegayaman yang
diambil dari nama pohon tersebut, yang dalam bahasa Bali disebut Gatep. Di Alas
Gatep, laskar Blambangan tinggal dan menggarap lahan pertanian (Prasetya,
1986). Kegiatan penduduknya didominasi oleh pertanian dan perkebunan, sebagian
yang lain menekuni wiraswasta.
Bahasa Bali merupakan bahasa ibu
dalam komunitas Islam Pegayaman. Dalam berkomunikasi, mereka dengan fasih
menggunakan Bahasa Bali. Bahasa Bali yang berkembang dalam komunitas Islam
Pegayaman juga hampir sama dengan Bahasa Bali yang berkembang pada masyarakat
Bali umumnya (Budarsa, 2015). Dalam sistem peralatan dan teknologi juga
terlihat adanya penyerapan unsur budaya Bali. Hal ini dapat kita lihat dari
penggunaan peralatan hidup orang Bali dalam kehidupan komunitas Islam Pegayaman
seperti Penarek, Saab, tenggala, dulang,
lesung, alu, kuliner Bali dan sebagainya (Budarsa, 2015).
Di Desa ini, beraneka ragam wisata
dapat dikembangkan, salah satunya adalah wisata religi. Untuk mengembangkan
wisata religi, di Pegayaman terdapat masjid Safinatussalam
yang didirikan oleh Kumpi Kiai Yahya pada tahun 1639. Masjid ini merupakan masjid
tertua di Kabupaten Buleleng dan dijadikan sebagai pusat pengembangan Islam
oleh masyarakat sekitarnya. Secara fisik, bangunan masjid ini memiliki keunikan
yaitu berupa arsitektur bangunan Jawa. Selain Masid Safinatussalam, terdapat beberapa masjid lain di Desa ini yang
memiliki arsitektur bangunan yang unik yaitu perpaduan arsitektur Bali dengan
Islam.
Selain wisata religi, Desa
Pegayaman juga memiliki kearifan lokal yang terjaga. Sehingga wisata kearifan
lokal juga dapat dikembangkan di Pegayaman. Hingga saat ini, di Pegayaman masih
menjaga konsep menyamabraya yang
merupakan sebuah konsep ”kesemestaan”
yang memandang orang lain sebagai saudaranya sendiri bukan orang lain. Sehingga
masyarakat di Desa Pegayaman saling bahu membahu dalam bermasyarakat, mereka
menyebut orang muslim sebagai “nyame
selam” dan orang Hindu sebagai “Nyame
Bali”. Selain itu, tradisi paras
poros yang merupakan tradisi pinjam meminjam uang atau barang masih
dilestarikan. Paras Poros memiliki
makna memahami kebutuhan masing-masing, sehingga tidak hanya dalam hal pinjam
meminjam tapi juga tolong menolong, bahkan hal kecil seperti meminta tolong
untuk diantarkan ke pasar. Masih banyak tradisi lain yang terus terjaga hingga
saat ini yang menciptakan atmosfer toleransi yang tinggi antar sesama Hindu dan
Muslim, seperti Nandu yaitu menggarap tanah atau memelihara ternak
orang lain dengan bagi hasil serta Ngayah
yaitu aktifitas yang mengacu pada gotong royong tanpa upah.
Mayoritas aktivitas penduduk
Pegayaman adalah bertani dan berkebun, sehingga kelestarian alam masih terjaga
dengan baik. Hal ini juga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan yang suka
mengunjungi tempat yang asri. Jika dari keseluruhan destinasi wisata (religi,
kearifan lokal, alam) disatukan maka Desa Pegayaman akan menjadi desa wisata
yang ramah muslim.
Aplikasi NyamaSelam.Co
Aplikasi NyamaSelam.Co adalah platform berbasis android yang
menghubungkan antara masyarakat (selaku pengelola desa wisata) dengan wisatawan
yang hendak berkunjung. Selain itu juga dilengkapi dengan berbagai informasi
mengenai kampung Pegayaman, arah kiblat, waktu sholat, maps, dan fitur
penunjang yang lain. Nama NyamaSelam.Co
sendiri diambil dari kata Nyama Selam
dalam bahasa Bali yang berarti saudara muslim, sementara .Co adalah community yang berarti masyarakat.
|
|
Bagi masyarakat di Pegayaman, aplikasi ini dapat
dijadikan sebagai etalase menawarkan produk kepada pengunjung. Seperti
menawarkan homestay untuk menetap, catering selama pengunjung liburan, jasa
untuk menjadi guide tour, hingga jasa
untuk menjadi fotografer. Jadi aplikasi ini selain menjalankan fungsi promosi
wisata untuk wisatawan, sekaligus sebagai tempat penawaran produk masyarakat
berupa barang dan jasa. Sementara itu, bagi wisatawan aplikasi ini adalah solusi
untuk menemukan tempat wisata yang ramah muslim, mencari tempat ibadah,
akomodasi, tempat makan, hingga guide
tour dengan mudah dan cepat.
NyamaSelam.Co adalah salah satu upaya untuk memanfaatkan
perkembangan teknologi untuk meningkatkan perkembangan sektor wisata khususnya
di Desa Pegayaman Bali. Hal ini mengingat tren penggunaan internet di Indonesia
terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Mengembangkan wisata yang ramah
muslim dibarengi dengan pemanfaatan teknologi akan meningkatkan daya jual destinasi
wisata. Karena media ini sekaligus dapat digunakan sebagai sarana promosi untuk
mengenalkan Desa Wisata Pegayaman. Sarana promosi dengan teknologi digital
lebih efektif dan efisian dengan biaya yang jauh lebih murah daripada melalui
media cetak. Selain menghubungkan antara masyarakat Pegayaman dengan wisatawan,
NyamaSelam.Co juga membantu dalam
membangun manajemen pengelolaan wisata.
Kerangka kerja Nyamaselam.Co
Aplikasi ini adalah upaya pemberdayaan
masyarakat di kampung Pegayaman melalui sektor pariwisata. Untuk itu, peran
masyarakat menjadi sangat penting dalam pengembangan aplikasi ini. Kerangka
kerja ini melibatkan masyarakat dalam tiga tahapan pengelolaan wisata, yaitu
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Tahap perencanaan, dalam tahap ini, pengidentifikasian masalah,
penentuan tujuan dan pengambilan keputusan mengenai pengembangan pariwisata
harus melibatkan masyarakat. Selama ini, masyarkat di Bali kurang
berpartisipasi dalam perencanaan pengembangan pariwisata, karena wisata telah
dikelola oleh badan usaha milik Negara yaitu Indonesia Tourism Development Corporation. Untuk itulah, Community Based Tourism memberikan
ruangan bagi masyarakat untuk berperan aktif dalam penyusunan rencana
pengembangan wisata, terutama mengembangkan wisata yang ramah muslim.
Dengan melibatkan masyarakat dalam tahap
perencanaan, maka potensi wisata yang ada di Kampung Pegayaman akan semakin
mudah untuk di eksplor karena masyarakat local lebih memahami kampungnya
sendiri.
Tahap
pelaksanaan, tahapan pelaksanaan disini
merupakan tahap pengelolaan dari sumber daya yang ada untuk mewujudkan
pariwisata berbasis masyarakat, meliputi sumber daya alam, manusia, dan modal.
Dalam hal ini, tentu saja harus melibatkan pemerintah sebagai regulator dan
fasilitator, swasta sebagai investor, serta masyarakat sebagai eksekutor. a) Pengelolaan Sumber Daya Alam, pariwisata berbasis masyarakat disini
mengandalkan pada keunikan budaya/tradisi, kesenian dan kearifan lokal kampung
Pegayaman. Untuk itu, pengelolaan Sumber Daya Alam harus dilakukan untuk
menarik minat wisatawan yang hendak berkunjung. Sumber Daya Alam disini tidak
hanya meliputi kekayaan alam saja, akan tetapi juga kebudayaan, tradisi, dan
kesenian masyarakat sekitar kampung Pegayaman. Oleh karena itu, tradisi-tradisi
yang ada dimasyarakat harus senantiasa dijaga. Di Pegayaman sendiri, tradisi
yang unik dapat dilihat dari perpaduan budaya Bali yang bernafaskan Islam.
Sebagai regulator, pemerintah khususnya tingkat daerah di Bali, dapat membuat
peraturan mengenai kewajiban untuk menjaga nilai-nilai tradisi yang ada,
sehingga tradisi akan terus dilaksanakan.
b) Pengelolaan Sumber Daya Manusia,
sebagai eksekutor utama dalam pengelolaan wisata, masyarakat harus dibina
supaya memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang wisata. Pembinaan dapat
dilakukan sesuai dengan potensi masyarakat, mulai dari pembinaan untuk homestay, kuliner, transportasi, hingga guide tour. Selain melihat pada potensi
pribadi, peserta binaan juga harus dipertimbangkan pada fasilitas yang dimiliki.
Misalkan untuk masyarakat yang memiliki rumah atau tanah yang luas, dapat
diarahkan untuk pengelolaan homestay.
Selain itu, fasilitas tambahan seperti adanya salon & spa syariah dan
lembaga keuangan syariah juga diutamakan untuk dikelola masyarakat kampung
Pegayaman, untuk itu perlu adanya pembinaan. Selain pembinaan dalam sektor
pengadaan jasa, masyarakat sebagian juga dibina dalam kesenian untuk
melestarikan budaya setempat agar selalu ada generasi yang melanjutkan
kebudayaan yang menjadi ciri khas tersebut. Pembinaan ini juga melibatkan peran
swasta untuk mendirikan lembaga pelatihan dan pembinaan serta peran pemerintah
untuk mengadakan sosialisasi dan penyuluhan.
Setelah melalui tahap pembinaan, langkah
selanjutnya adalah pelaksanaan. Masyarakat kampung Pegayaman yang telah
dibekali dengan pengetahuan yang cukup, lalu diterjunkan untuk mengelola
pariwisata di desa tersebut. c) Pengelolaan
Sumber Daya Modal, dalam berbagai sektor, modal adalah hal yang sering
menjadi permasalahan pokok. Sering terjadi potensi yang begitu besar tidak
dapat berkembang dengan baik hanya karena kurangnya dukungan modal. Atau justru
terkadang modal yang tersedia sangat besar, tapi tidak dapat dikelola dengan
maksimal. Untuk mengembangkan pariwisata yang ramah muslim di kampung Pegayaman
tentu saja memerlukan modal yang besar. Hal ini karena desa ini awalnya hanya
dikunjungi sekedarnya, tanpa ada destinasi wisata yang benar-benar mempunyai
daya saing. Modal tersebut harus dimanfaatkan untuk meningkatkan pembangunan
dan fasilitas serta pembinaan bagi masyarakat untuk menambah daya saing. Modal
ini bisa berasal dari masyarakat melalui mekanisme fundraising, investasi dari swasta, serta dana segar dari
pemerintah.
Selanjutnya, setelah modal yang diperlukan
terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengelola modal tersebut supaya
produktif. Pengelolaan modal untuk
peningkatan pembangunan, karena kampung Pegayaman sebelumnya adalah desa
biasa yang berpenduduk muslim, maka untuk menjadikannya tempat wisata yang
menarik tentu saja harus dilakukan pembangunan. Tentu saja pembangunan yang
dilakukan harus disesuaikan dengan kebudayaan masyarakat local. Menciptakan
fasilitas juga penting dalam upaya mendukung pariwisata yang ramah muslim. Yang
kedua, pengelolaan modal untuk pembinaan,
seperti yang telah dituliskan karena yang mengelola pariwisata ini difokuskan
kepada masyarakat, maka harus ada pembinaan. Modal yang tersedia salah satunya
dapat dialihkan untuk membiayai pembinaan masyarakat ini. d) Pengelolaan sumber daya teknologi, NyamaSelam.Co adalah salah satu upaya dalam pengelolaan sumber
daya teknologi. Dengan aplikasi ini, pengelolaan pariwisata di kampung
Pegayaman akan lebih cepat, mudah dan murah. Segala informasi seputar wisata
kampung Pegayaman dapat diakses melalui aplikasi ini. Apalagi mengingat
revolusi yang terjadi saat ini, peran teknologi menjadi sangat krusial dalam
segala bidang, tidak terkecuali pariwisata. Selain mempermudah transaksi,
aplikasi juga mempermudah dalam melakukan kegiatan pemasaran.
Pengelolaan sumber daya teknologi yang
dilaksanakan adalah dengan terus melakukan perbaikan dan peningkatan pelayanan
demi kepuasan wisatawan yang menggunakan aplikasi ini. Selain itu, dapat juga
dilakukan dengan penambahan berbagai macam fitur yang membantu menciptakan Muslim Friendly Tourism.
Selain dari sisi pengelola, tahap pelaksanaan juga meliputi kinerja
aplikasi bagi wisatawan. Wisatawan yang telah mempunyai aplikasi ini diberikan
fitur dan informasi untuk menambah kenyaman ketika mengunjungi kampung
Pegayaman. Selain itu, aplikasi ini membantu untuk proses transaksi seperti
reservasi hotel dan homestay,
penunjuk arah, pemesanan makanan, pencarian jasa guide tour dan lain sebagainya.
Tahap
pengawasan, peran masyarakat dalam
pengawasan menjadi hal yang penting, supaya pengawasan tidak hanya dilakukan
dengan sistem top-down. Dengan adanya
peran pengawasan bagi masyarakat, maka akan menciptakan rasa tanggung jawab
yang besar. Selain itu, wisata berbasis masyarakat akan lebih mudah diawasi
oleh masyarakat daripada pemerintah karena masyarakat sesama kampung Pegayaman
lebih memahami kebudayaan desanya sendiri. Dengan pengawasan yang melibatkan
masyarakat, maka evaluasi dapat segera dilaksanakan apabila menemui suatu
masalah, sehingga penyelesaian lebih cepat dilakukan.
Pengaruh
NyamaSelam.Co terhadap Muslim Friendly
Tourism
Sebagai wilayah yang sangat kental dengan budaya
hindu, menciptakan Bali sebagai wisata halal tentu saja memperoleh komentar
dari banyak kalangan. Ada yang menyetujui ide tersebut, tetapi tidak sedikit
pula yang menolaknya. Namun walaupun demikian, menciptakan Bali sebagai Muslim Friendly Tourism bukanlah hal
yang tidak mungkin. Pengembangan wisata ramah muslim ini dilakukan di bagian
wilayah Bali yang mayoritas berpenduduk muslim, salah satunya adalah kampung
Pegayaman. Dengan menciptakan wisata berbasis masyarakat seperti yang telah
diuraikan diatas, pengelolaan pariwisata di kampung Pegayaman akan memiliki
daya tarik untuk wisatawan muslim.
Penggunaan aplikasi NyamaSelam.Co juga akan mempermudah promosi dan pelayanan wisata di
kampung Pegayaman. Hal ini karena penggunaan internet di Indonesia selalu
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan aplikasi yang dikembangkan, maka
masyarakat kampung pegayaman selaku pengelola serta wisatawan akan dipermudah
dalam melaksanakan transaksi. Selain itu, pemerintah akan lebih mudah melakukan
pengawasan dan akan meningkatkan minat swasta untuk berinvestasi di sektor
pariwisata berbasis masyarakat ini. Dengan hal tersebut, maka dapat dipastikan
bahwa wisatawan muslim akan lebih banyak berdatangan untuk mengunjungi kampung
Pegayaman, mengingat wisatawan muslim juga semakin meningkat khususnya
Indonesia.
Melihat potensi tersebut, tentu saja
pengembangan wisata ini dapat dikembangkan di daerah lain yang juga merupakan
desa komunitas muslim seperti kampung Lebah dan kampung Loloan. Selain
menciptakan Bali yang ramah wisatawan muslim, prinsip Community Based Tourism yang dipilih juga akan meningkatkan
pemberdayaan masyarakat lokal. Konsep ini menjadi suatu solusi tentang dikotomi
wisata halal di Bali. Menciptakan Bali ramah wisatawan muslim bukan berarti
mengubah seluruh tradisi yang ada, akan tetapi lebih difokuskan pada
peningkatan fasilitas yang diperlukan seperti masjid, arah kiblat, tempat
wudlu, dan lain sebagaimnya seperti yang telah dijelaskan.
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan menggunakan aplikasi NyamaSalam.Co, Pegayaman yang notabene
merupakan Kampung muslim akan dikenal oleh wisatawan. Hal ini akan meningkatkan
jumlah kunjungan umat muslim ke kampong tersebut. Dengan peningkatan fasilitas
dan pelayanan serta penggunaan aplikasi ini, maka Kampung Pegayaman akan
menjadi desa wisata ramah muslim yang ramai dikunjungi, mengingat Bali sendiri
adalah destinasi wisata favorit. Mekanisme dari pariwisata berbasis masyarakat
ini meliputi tiga tahap, yaitu perencanaan, pengelolaan dan pengawasan, dimana
ketiga tahapan tersebut melibatkan peran masyarakat. Dengan konsep tersebut,
maka akan menciptakan Bali sebagai Muslim
Friendly Tourism. Community Based
Tourism yang dipilih juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
kampung Pegayaman.
Penggunaan aplikasi NyamaSelam.Co juga akan mempermudah
promosi dan pelayanan wisata di kampung Pegayaman. Hal ini karena penggunaan
internet di Indonesia selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan
aplikasi yang dikembangkan, maka masyarakat kampung pegayaman selaku pengelola
serta wisatawan akan dipermudah dalam melaksanakan transaksi.
Rekomendasi
1.
Karena
aplikasi ini menggunakan konsep CBT, diharapkan kearifan lokal kampung
Pegayaman terus dilestarikan sebagai daya tarik utama para wisatawan.
2.
Pembangunan
infrastruktur yang berkontribusi dalam peningkatan pengelolaan wisata seperti
jalan, akomodasi penginapan, pasar, dan lain sebagainya juga perlu ditingkatkan
untuk menambah daya jual lokasi wisata Desa Pegayaman.
3.
Untuk
meningkatkan fasilitas dan pelayanan agar para wisatawan puas, maka diperlukan
pelatihan dari dinas pemerintah setempat kepada masyarakat selaku pengelola
desa wisata.
4.
Aplikasi
NyamaSalam.Co selanjutnya dapat
dikembangkan tidak hanya di Kampung Pegayaman, tetapi kampong muslim yang lain
di wilayah Bali, diantaranya kampong Gelgel (Klungkung), kampong Loloan
(Jemrana), Kampung Kecicang (Karangasem), dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Areks, E. (Dinas K. dan P. K. P., Nadjib, M. (Universitas H., &
Cangara, S. (Universitas H. (2015). Pengaruh Penggunaan Bauran Promosi Terhadap
Tingkat Kunjungan Wisatawan pada Objek Wisata Alam di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan. Jurnal Komunikasi KAREBA, 4(4), 360–373.
Binti, A. H., & Aziz, A. (2018). Muslim Friendly Tourism: Concept,
Practices and Challenges in Malaysiaindex.php/pages/detail/IJARBSS JOURNAL
HOMEPAGE. International Journal of
Academic Research in Business and Social Sciences, 8(11), 355–363. https://doi.org/10.6007/IJARBSS/v8-i11/4908
Budarsa, G. (n.d.). Karakteristik
Budaya Komunitas Islam Pegayaman-Buleleng , Bali. 1–8.
Djakfar, M. (2017). Pariwisata
halal. 222.
Goodwin, H., & Santilli, R. (2009). Community-Based Tourism : a
success ? Tourism Management, 1–37.
OZDIL, E., TEKIN, A., GLEKEN, M., UYAR, E., BAKIM, B., & OZER, O.
(2013). Olfactory Reference Syndrome: a Case Report. The Journal of Neurobehavioral Sciences, 1(1), 50. https://doi.org/10.5455/npakademi.20120108
Prasetya, L. E. (1986). Akulturasi budaya pada masyarakat muslim Desa
Pegayaman Buleleng Bali. Jurnal
Arsitektur Universitas Bandar Lampung, 2(2),
56–63.
Sandro Sembiring. (2013). Perancangan Aplikasi Steganografi Untuk
Menyisipkan Pesan Teks Pada Gambar Dengan Metode End Of File. Pelita Informatika Budi Darma, 4(2), 1–7.
Tobergte, D. R., & Curtis, S. (2013). Pengaruh Elektronikal Marketing
Terha-Dap Minat Wisatawan Berkunjung Ke Pulau Saronde. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Komentar
Posting Komentar